-->
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PJJ…!!! Fakta dan Dilema

pixabay picture


Sudah satu semester pendidikan di Indonesia melakukan pembelajaran secara daring. Kendatipun ada juga daerah yang memberlakukan tatap muka bagi zona hijau dimana daerah tersebut memang sulit dijangkau oleh jaringan internet dan itu pun hanya 9% dari wilayah Indonesia.

Dunia pendidikan di Indonesia seolah - olah gagap dan kaget dengan perubahan sistem pengajaran yang drastis tak pernah terpikirkan akan serba digital.Bagaimana guru – guru yang tiba – tiba terpaksa dan dipaksa harus belajar untuk menguasai teknologi. Memutar otak bagaimana merancang PJJ yang mengasikkan dan Bagaimana pula merancang penilaian yang akurat untuk mengisi rapor sekolah. Ada banyak permasalahan yang timbul selama PJJ, bahkan ada guru yang tidak tahu wajah salah satu siswanya sehingga agak kesulitan untuk menempel foto diprofil identitas.

Ada rasa ragu dan tidak percaya ketika merekap nilai karena mendadak semua siswa nilainya bagus. Hingga harus memanggil siswanya satu persatu untuk mengadakan tes lisan  untuk keselarasan nilai yang sudah masuk dileger. Ada juga yang memanggil siswanya secara shifting untuk mengerjakan tes tertulis dan tentu saja hal ini membuat hampir separuh kelas nilainya jadi kebakaran.

Belum lagi dengan permasalahan diantara siswa dan orang tua siswa yang mendadak harus menjadi guru pendamping untuk anak-anaknya tentu saja hal ini menimbulkan gagap berjamaah sekaligus keluhan dari orang tua siswa.

Ada yang tidak bisa mengikuti PJJ dengan maksimal lantaran tak punya gadget. Ada yang tidak mampu beli kuota, sehingga tidak bisa aktif digroup sekolah.

Ditambah banyaknya PHK dan juga sulitnya perekonomian dimasa pandemi hal ini tentu saja berdampak pada siswa, ada siswa yang tidak diikutkan dalam pembelajaran daring maupun luring karena ikut orang tuanya berjualan, ada yang tidak punya sepeda untuk datang kesekolah, ada yang orang tuanya kehilangan pekerjaan hingga tak mampu berpikir bagaimana bisa mendampingi anaknya untuk belajar karena tuntutan kebutuhan, ada yang orangtuanya bekerja dari pagi pulang hingga sore hari. Jika mas menteri mengatakan kerentanan anak putus sekolah dimasa pandemi tentu saja hal ini benar dan fakta dilapangan.

Tentu saja sebagai guru kita perlu memahami keadaan siswa dalam kondisi yang tidak biasa ada banyak cara sebetulnya untuk melakukan PJJ yang menyenangkan tanpa harus membebani dan mengadakan penilaian tanpa harus mendadak kalap. Inilah pentingnya memanusiakan hubungan,memahami profil siswa, memilih tantangan untuk membangun keberlanjutan. Bagi saya guru kunjung masih is the best way tentu saja dengan protokol kesehatan, bisa juga dengan banyakin asessement formatif selama PJJ ajak siswa aktif terlibat dalam group kelas. Buat kuis digroup whatsapp dengan satu kali jawaban tercepat. Bisa juga bermain tebak emoji digroup whatsapp. Bagi saya whatsapp merupakan aplikasi yang ramah dikantong.

Menurut hemat saya kebingungan guru tidak perlu terjadi jika gurunya adaptif terhadap suatu perubahan. Guru professional adalah guru yang adaptif terhadap suatu perubahan,bukan dibuktikan dengan selembar kertas sertifikat pendidik kemudian dapat TPP, sudah jadi guru professional dengan tambahan bayaran. Tengok saja group sekolah akan ramai jika TPP cair dan TPP ada potongan giliran ada program guru belajar untuk panduan PJJ mendadak groupnya sepi tanpa komentar yang ujung – ujung nya pamitan kalo masih banyak kesibukan dan sudah mendekati masa pensiun. Miris ato ironis ya … katanya guru professional uppsss.

Maklum belajar ternyata memang tidak bisa dipaksakan. Kata belajar ringan ditulis tapi berat diprakteknya.  Jangankan siswa guru saja banyak yang susah belajar. Meskipun pemerintah dalam hal ini kemdikbud sudah meluncurkan program guru belajar bimtek dan diklat sebagai panduan PJJ yang diluncurkan sejak bulan Oktober 2020, fakta dilapangan anggota  komunitas  sejumlah 78 yang mampu menyelesaikan hanya 16 dengan nilai ketuntasan bimtek dan diklat dan 8 anggota hanya berhenti di bimtek saja, rekaman dari portal guru belajar. 

Akhir kata semoga dengan kolaborasi dan berbagi praktik baik sesama guru bisa menularkan semangat merdeka belajar yang menjadi isu hangat dunia pendidikan, untuk ditularkan kepada anak didiknya. Belajar kan gak harus menunggu perintah atasan ya…

Semoga Bermanfaat

Salam  

 


Nitamarelda.com
Nitamarelda.com Guru Influencer, Guru Penggerak, Guru Sekolah Dasar, Guru Blogger, My Motivation every little steps can change the world

12 komentar untuk "PJJ…!!! Fakta dan Dilema "

Warkasa1919 24 Desember 2020 pukul 00.21 Hapus Komentar
Terimakasihuntuk artikelnya Mbak.. bermanfaat.
Hanifatul 24 Desember 2020 pukul 01.26 Hapus Komentar
Mantap ...guru memang harus terus belajar, PJJ adalah reality dari kondisi yang tidak dikehendaki
Nitamarelda.com 24 Desember 2020 pukul 01.55 Hapus Komentar
Prihatin dg kkg
Nitamarelda.com 24 Desember 2020 pukul 01.59 Hapus Komentar
Rame lek tpp cair giliran kon sinau mlayu kabuehhh wkwk
Nitamarelda.com 24 Desember 2020 pukul 02.04 Hapus Komentar
Hasil bertapa dan pengamatan fakta
Apriani1919 24 Desember 2020 pukul 02.18 Hapus Komentar
Begitulah adanya
Nitamarelda.com 24 Desember 2020 pukul 05.26 Hapus Komentar
Wow cirebon juga wah wabah nasional rupanya
Hanifatul 24 Desember 2020 pukul 09.03 Hapus Komentar
Aku ora lo ya..😊
Hanifatul 24 Desember 2020 pukul 09.05 Hapus Komentar
hehe...onok sing ngunu ya😁
Nitamarelda.com 24 Desember 2020 pukul 09.51 Hapus Komentar
Gak dikau beda tp sayang hanya sebagian kecil, salut ak sama samean
Guru Penyemangat 27 Desember 2020 pukul 14.45 Hapus Komentar
Wah, hebat ya Bu nilai anak jadi tinggi-tinggi. Padahal........Hehehe
di sekolahku banyak yg bikin tugas. hiks.
Nitamarelda.com 29 Desember 2020 pukul 22.39 Hapus Komentar
open book jadi bagus semua