-->
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Perempuan Fiksi Tidak Sendiri

 

Perempuan Fiksi Tidak Sendiri
Perempuan Fiksi Tidak Sendiri

 

Hujan deras membasahi bumi

Kokok ayam tiba-tiba berhenti

Jentik nyamuk di genangan menggeliat

Seekor tupai mengharap makanan

 

Terduduk di lantai basah

Menggores kata-kata bergulung

Bagai mengurai benang kusut

Pekerjaan yang tak mungkin, tapi mungkin

 

Memahat siluet menjadi patung

Menutup mata-mata bernafsu

Merasa, bertopeng tidak merasa

Meronta didalam hati

 

Enyahlah para pegundal bergincu

Jangan menafsirkan yang jadi milikku

Tak akan aku biarkan siapapun menyentuhnya

Tak sembarang boleh menyentuh keris itu

 

Tak perlu menggambarkan keindahan

Kata tersembunyi dalam diksi

Perempuan Fiksi bisa mengurai diksi tersembunyi

Jangan bermain-main tentang rasa yang bukan pada tempatnya

 

Bersembunyi dibalik indahnya rembulan

Atau bersembunyi dibalik gelapnya malam

Perempuan Fiksi melihat dari rasa

Pergilah jangan merengek dan meminta belas kasihan

 

Terlihat sendiri, Perempuan Fiksi tidak sendiri

Tak perlu mengurai kata-kata manis

Apalagi senyum kepalsuan

Tikus hitam akan  tertawa terbahak-bahak

 

Jangan pernah memegang ujung selendang

Biarkan tertiup angin

Mengabarkan pada dunia

Bahwa Perempuan Fiksi tidak sendiri

 

Langkah ini terasa ringan wahai pecundang

Para pengiring tersembunyi dibelakang Perempuan Fiksi

Langkah halus tak terdengar

Melibas para pecundang

 

Jangan remehkan kelemahannya

Karena itu kekuatannya

 Amarah ini memang tertahan

Jangan sampai membakar yang terlihat

 

Berhati-hatilah, persediaan rasa kasihan menipis

Jangan sampai tinta merah menjadi darah

Diam bukan berarti tidak tahu

Ada saatnya diam dan ada saatnya bergerak

 

Ingatlah, Perempuan Fiksi tidak sendiri

Buka mata lebar-lebar

Siapa di samping Perempuan Fiksi

Jadi, enyahlah dari hadapan Perempuan Fiksi!

 


ADSN1919

 

Apriani1919
Apriani1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam karena itu membuat aku tiada secara perlahan

10 komentar untuk "Perempuan Fiksi Tidak Sendiri"

Warkasa1919 4 November 2021 pukul 14.54 Hapus Komentar
Perempuan Fiksi tidak sendiri dan memang tidak akan pernah sendiri, keren 😊👍
Rumah Fiksi 1919 4 November 2021 pukul 15.54 Hapus Komentar
Terimakasih sudah mampir ya mas ☺️
Budi Susilo 4 November 2021 pukul 16.01 Hapus Komentar
👍
Rumah Fiksi 1919 4 November 2021 pukul 16.18 Hapus Komentar
Makasih om budi
Nitamarelda.com 4 November 2021 pukul 18.31 Hapus Komentar
Mantul mb
Rumah Fiksi 1919 4 November 2021 pukul 19.14 Hapus Komentar
Terimakasih mba Nita
celotehnur54 4 November 2021 pukul 19.22 Hapus Komentar
Hm ... Jangan ber-main2 tentang rasa yang bukan pada tempatnya..... Cihuuuyy ... He he ...
Rumah Fiksi 1919 4 November 2021 pukul 19.59 Hapus Komentar
Hihihi cihuy nenek mampir 😁🤗🤗🤗
Ayra Amirah 4 November 2021 pukul 22.15 Hapus Komentar
Siapakah gerangan, perempuan fiksi yang sedang geram ini?

Salam, Mbak Din.
Rumah Fiksi 1919 5 November 2021 pukul 00.00 Hapus Komentar
Hai mba Ika terimakasih sudah mampir

Salam hangat dariku ☺️